QADHA HUTANG PUASA RAMADHAN
PERTANYAAN
Bismillahirrahmaanirrahiim. Assalamu’alaikum warahmatullohi wabarakatuh.
Ustadz, izin bertanya, istri ana yang punya hutang puasa tahun lalu, sampai Ramadhan tahun ini belum selesai mengqodho, dan Qodarullah istri hamil lagi padahal tinggal 9 hari lagi.
Pertanyaannya. Hutang puasa 9 hari itu apakah bayar fidyah atau mengQodho setelah ramadhan ini?
+62897***
JAWABAN
Bismillah
Secara umum, setiap hari dari puasa yang ditinggalkan tetap wajib di-qadha dengan segera selama seseorang itu masih hidup. Adapun terkait mengeluarkan fidyah, maka mayoritas ulama berpendapat keharusan mengeluarkan fidyah ini bagi seseorang yang belum sempat meng-qadha puasanya hingga bertemu kembali bulan Ramadhan berikutnya. Di antara pendapat yang dapat dirujuk dalam hal ini adalah Ibn Abd al-Barr al-Maliki (w. 463 H) dalam _Al-Kafi fi Fiqhi Ahlil Madinah,_ an-Nawawi asy-Syafi’i (w. 676 H) dalam _Raudhatu At-Thalibin wa Umdatu Al-Muftiyyin – Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzdzab,_ Ibn Qudamah (w. 620 H) dalam _Al-Mughni,_ dan al-Mardawi (w. 885 H) dalam _Al-Inshaf fi Ma’rifati ar-Rajih min al-Khilaf._
Berkata Imam asy-Syaukani (1759-1834 M) dalam _Nail al-Authar_ (4/278):
وقوله صلى الله عليه وسلم: “ويطعم كل يوم مسكينًا”: استدل به وبما ورد في معناه مَن قال: بأنها تلزم الفدية من لم يصم ما فات عليه في رمضان حتى حال عليه رمضان آخر، وهم الجمهور، ورُوي عن جماعة من الصحابة؛ منهم: ابن عمر، وابن عباس، وأبو هريرة. وقال الطحاوي عن يحيى بن أكثم قال: وجدته عن ستة من الصحابة، لا أعلم لهم مخالفًا
_Perkataan Nabi SAW, “Dan dia mengeluarkan fidyah untuk setiap hari yang ditinggalkan dengan memberi makan orang miskin”, maka berdalil dengan hadits ini dan hadits semisalnya, ulama yang berpendapat bahwa wajib membayar fidyah bagi orang yang belum mengqadha puasa Ramadhan, hingga masuk Ramadhan berikutnya. Dan ini adalah pendapat mayoritas ulama, dan pendapat yang diriwayatkan dari beberapa sahabat, diantaranya Ibn ‘Umar, Ibn ‘Abbas, dan Abu Hurairah r.a. Berkata ath-Thahawi:_
وجدته عن ستة من الصحابة، لا أعلم لهم مخالفًا
Aku jumpai pendapat ini dari 6 sahabat, dan aku tidak mengetahui adanya sahabat lain yang mengingkarinya.
Adapun sebagian ulama berpandangan tidak wajib meng-qadha, seperti pendapat An-Nakha’i, Abu Hanifah, dengan berdalil Surat Al-Baqarah [2] ayat 184. Begitu juga ulama Hanafiyah lainnya seperti al-Kasani (w. 587 H) dalam karyanya Badai’ Ash-Shanai’ fi Tartibi As-Syarai’,Ibn al-Humam (w. 681 H) dalam Fathul Qadir,dan az-Zaila’i dalam Tabyin Al-Haqaiq Syarh Kanzu Ad-Daqaiq.
Wallaahu a’lam. (@supraha)
Wido Supraha
Telegram:* https://t.me/supraha
web : https://widosupraha.com/